Sabtu, 11 Februari 2012

Cerpen : Status Pesbuk

Akhirnya weekend juga, tapi seperti biasa Mahja ngga kemana-mana.
Walaupun Ammahja tergolong orang yang ngenes, gini-gini Mahja juga bisa bikin cerpen loh fufufu. Yah emang sih cerpennya ngga seberapa, tapi Mahja buat dengan sepenuh hati nih, eaaaa. Silahkan dinikmati yaaa cerpen Mahja yang berjudul Status Pesbuk yang sebenernya buat tugas ngarang cerpen di sekolah sih .__.


                                                   STATUS PESBUK

         06.50 Akhh.. Aku tak kuat sendiri. Aku galau. ‘Pik’ Sebelum berangkat sekolah, aku menyempatkan diri menekan share untuk memperbarui statusku. Di facebook seluler tentunya. Dengan santai, aku melanjutkan memakai kaus kaki Winidepu favoritku. Jam tangan kecilku menyadarkanku bahwa sekarang sudah pukul 06.55 yang artinya aku terlambat berangkat sekolah 4 menit dari biasanya. Aku berlari ke sekolah layaknya panther mengejar mangsanya. Sebagai atlit lari, lariku cukup bisa diandalkan dalam hal ini he he he. Bukan dalam hal ini saja tentunya. Pokoknya yang dipikiranku sekarang adalah : pintu gerbang! Oh sekolah jangan kau tutup dulu gerbangmu. ‘Pik’ Aku kembali memperbarui statusku.

         06.59 Duh hampir saja terlambat sekolah ‘Pik’ Aku segera mengantongi hapeku. Aku berjalan cepat menulusuri lorong sekolah, menuju kelas. Saat itu aku tidak sengaja bertemu dengan Elina anak kelas sebelah. Dengan sedikit gugup aku memulai percakapan “Hey, kamu juga hampir terlambat ya?” Elina menoleh sedikit “Engga dong, aku cuma habis ngasih makalah ke ruang guru” Jawabnya. “Oh gitu ya” Aku kehabisan kata-kata, otakku sekarang berfikir keras untuk mencari obrolan lainnya. Yang  jelas sekarang aku ngga mungkin nanya “Udah makan belum?” atau “Kaus kakimu Winidepu bukan? Kita samaan dong” Ngga mungkin banget, apalagi pertanyaan yang terakhir. “Laksono, aku duluan ya” Ujar Elina sembari masuk ke kelasnya. Aku menjawabnya dengan senyum. Akh kesempatan ngobrol sama dia hilang deh ‘Pik’

         Sebelumnya maaf terlambat memperkenalkan diri. Namaku Laksono, siswa SMA kelas 1 yang sedang tergila-gila facebook. Keahlianku adalah kemenangan berturut-turut balap karung sejak SD. Aku pun di rekrut menjadi atlit lari saat SMP oleh Dicky sahabatku, dan hasilnya cukup memuaskan. Aku menang juara 1 antar kecamatan, aku pun meneruskan karirku hingga sekarang. Walaupun sekarang aku ngejomblo, sekarang ini aku sedang naksir seseorang yang merupakan teman kecilku dulu. Kalian ingat Elina? Ya, dia orangnya. Akhir-akhir ini aku jarang bertemu dan ngobrol dengannya. Hiks sedih.. ‘Pik’

         Sepulang sekolah. Aku bergegas memakai baju olahraga dan pergi ke lapangan. Aku merupakan salah satu anggota eskul lari di sekolah, bersama Dicky sahabatku yang ganteng dan pintar. Tidak salah kalau banyak yang menontonnya saat eskul lari dimulai. Tapi aku tidak sedikit pun iri padanya. Karena dia sahabatku, dia juga sangat baik padaku. Dicky memenangkan lomba lari sekabupaten 5 bulan yang lalu, dan 2 minggu lagi dia harus siap di perlombaan berikutnya. “Eh Dick, perasaan banyak juga ya yang ngefans kamu. Tuh liat, emangnya ngga ada gitu satu cewe aja yang kamu suka?” Aku iseng bertanya pada sahabat sejak SMPku itu. “Ehm, ada sih.. Tp jangan bilang siapa-siapa ya?” ujarnya. “Iya iya!” jawabku yang mulai penasaran. “Elina, sebenernya aku suka Elina. Aku udah suka sama dia sejak pertama bertemu”. JLEB! Aku tidak percaya. “Mm.. Maksud kamu Elina teman kecilku itu Dick? Tanyaku memastikan. “Haha iya, kamu peka juga ya” jawabn Dicky. Aku dan sahabatku ternyata menyukai orang yang sama? Dan cuma aku pula yang tau. Aku harus gimana dong sekarang? ‘Pik’

         Ditengah perjalanan pulang. Jalan kaki tentunya. Hatiku mulai dilanda kegaluan, sambil terus menekan tombol huruf hape, menulis status yang tisak jelas. “No, kamu kenapa sih? Ngga biasa banget. Sampai lari tadi juga ngga fokus” tanya Dicky. “Emm aku akuu..” aku mencoba mencari alasan. “Laksono!” suara yang tidak asing ini membuyarkan fikiranku. Yak, pemilik suara itu Elina. “Eh loh? Kok ada Dicky juga?” ucapnya terkejut. “Iya aku pulang bareng dia” Jawabku sedikit pasrah. “Elina, jarang-jarang deh ketemu kamu pas pulang. Yuk pulang bareng” ucap Dicky ramah. Mereka jalan berdua di depanku, ngobrol dengan asyiknya. Dan perlahan hal ini membuatku nyesek. ‘Pik’. Saat itu aku hanya jalan tertunduk, aku bingung harus bagaimana. Apa aku harus mengalah saja pada Dicky? Tapi.. “LAKSONO!” “LAKSONO!! AWAAS!!”. BRUKKK!! Seseorang menubrukkan dirinya padaku dengan keras hingga aku jatuh tersungkur. Samar-samar kulihat laki-laki yang berlumuran darah terbaring di tengah jalan. Aku menghampiri laki-laki yang pingsan tersebut. Tanganku merinding, aku sadar orang itu adalah Dicky, aku berteriak menyebut namanya berulang kali. Tapi apa daya matanya tak kunjung terbuka.

         1 minggu berlalu setelah kecelakaan itu, eskul lari sepi tanpa kehadiran Dicky. Tidak ada yang menonton, apalagi menyoraki. Eskul lari pun sedang dilanda kebingungan mencari siapa pengganti Dicky untuk perlombaan 1 minggu lagi. Setelah eskul, aku akan ke rumah sakit untuk mejenguk Dicky yang koma. Aku bersyukur sekali mendengar Dicky masih bisa di selamatkan. ‘Pik’

         Dijalan menuju rumah sakit, aku bertemu Elina yang tampak sendu. “Lin habis jenguk Dicky ya?” tanyaku. Elina hanya mengangguk. Aku mulai bingung ingin bicara apa lagi. Tiba-tiba Elina meneteskan air matanya. “Elina kamu kenapa? Kamu kenapa?” ucapku panik. “Sekarang sudah 1 minggu, tapi Dicky belum kunjung membuka matanya” ucap Elina sesenggukan. “Udah Lin, jangan nangis. Kamu ngga usah khawatirin..” belum sempat aku melanjutkan kalimatku Elina berteriak “Mana mungkin aku ngga khawatirin orang yang aku sukai!” Aku kaget sekali mendengarnya. Sepertinya Elina sendiri juga kaget kenapa dia berkata seperti itu. Dia pun berlari meninggalkanku yang terdiam shock. Mereka.. ternyata mereka saling menyukai? ‘Pik’ Kali ini rasa bersalahku semakin menumpuk. Aku merasa bersalah pada Dicky gara-gara aku yang waktu itu ceroboh hingga tak menyadari bahwa aku akan tertabrak mobil. Dicky menyelamatkanku dan sekarang dia tidak bisa mengikuti perlombaan lari karena koma. Dan pada Elina, karena orang yang dia sukai sekarang dalam keadaan koma karena menyelamatkanku.
         Memikirkan itu, aku tidak boleh seperti ini terus. Aku berjanji pada Dicky yang sedang koma, bahwa aku akan menggantikannya berlari dan memenangkan lomba lari itu untuknya. Setelah itu aku akan mencomblangkannya dengan Elina. Tentunya agar Elina tidak sedih lagi. Aku pun pulang dengan bersungguh hati. Sekarang aku tidak galau lagi ‘Pik’. “Aku akan terus berlatih supaya menang. Jadi kamu harus  segera sadar ya Dick”.
1 minggu berlalu perlombaan pun di mulai, memang kenyataannya tidak semanis yang aku harapkan. Aku membawa pulang piala juara 3 untuk lomba lari tingkat kabupaten. Tapi sungguh, aku senang bangeeet ‘Pik’. Ditambah lagi Dicky sudah sadar 3 hari sebelum perlombaan tiba. Tentunya aku sudah membicarakan tentang peserta penggantinya, 3 hari yang lalu sebelum perlombaan tiba. Sekarang waktunya menyelesaikan misi yang kedua.
Sepertinya misi yang kedua ini berjalan lancar, aku semakin merasa lega. Walaupun sudah terdesak seperti ini, tetapi tetap saja dibalik semua kesulitan pasti di sana ada jalan keluarnya. Asalkan kita mau bersungguh-sungguh melakukannya.

         “No, kamu memang orang yang baik” ucapan Dicky di halaman rumah sakit sore itu benar membuatku terharu. Aku hanya terdiam mendengarnya. “Maaf ya waktu itu aku menipumu” lanjutnya lagi. HAAAH? Aku tersentak dalam hati. “Sebenernya waktu kamu bilang akan berusaha di perlombaan, sedikit-sedikit aku mulai siuman. Tetapi aku diam saja, soalnya kamu kelihatan lagi serius banget. Dan kamu juga mau nyomblangin aku, aku seneng banget. Kamu memang sahabatku No” ucap Dicky dengan tersenyum. “Yah ngga juga kok. Lagian itu bukan seberapa dibandingkan orang yang sudah menyelamatkan aku dari kecelakaan kan?” jawabku. Wah ternyata aku bisa juga ngomong keren ‘Pik’. “Dicky! Laksono!” Sapa Elina yang sekarang sudah menjadi pacar Dicky. “Aku bawakan bekal nih Dick, Laksono juga coba ya” ujarnya. Aku senang sekarang masalahnya sudah beres. Mungkin dari awal memang harusnya aku mengalah dengan yang satu ini, Dicky memang pantas mendapatkan Elina. Mereka saling suka. Dan aku tidak boleh bertindak ceroboh lagi apalagi yang bisa menyebabkan orang-orang terdekatku terluka. Setidaknya aku sudah berusaha, dan sekarang aku bahagia melihat mereka berdua bahagia. Ampun deh, aku sudah seperti bapa mertua saja. Dan status fbku sekarang adalah:
                                                  Aku ngga punya pulsa.
                                                               ‘PIK!’

Tidak ada komentar:

Posting Komentar